Kisah Kami

adminMarch 15, 2018June 21, 2024Kisah Kami

sumbupakarti

Diskusi pembuatan film sudah dimulai. Kerjasama pa

Diskusi pembuatan film sudah dimulai. Kerjasama panjang kami dengan teman-teman di @hompimpa.sinema dimulai lagi.

Kami pernah ungkapkan, dengan kawan-kawan ini kami memiliki banyak kesamaan visi dalam melihat film anak. Film bukan sebagai karya seni atau karya ekonomi semata. Justru kami melihat film lebih kepada prosesnya sebagai sarana membangun karakter dan proses menyembuhkan. Ah semoga kawan yang sedang mencoba menyusun buku untuk proses ini segera bisa memperoleh momentum bergeraknya. Oya ,kami juga percaya film itu bersifat “opensource”. Dia dikerjakan banyak orang dengan ketulusan dan kontribusinya masing-masing. Jadi bukan karya atau hak seseorang saja. Ah mungkin ini juga bisa didebatkan tapi begitulah film kami bergerak. Berdasar sumbangan tulus banyak orang : ada anak-anak yang bersedia dilatih, ada sutradara yang menggerakan sumber sana sini, ada relawan yang siapkan makanan, ada yang buatkan musik, dan macam-macam dengan etos kontribusi.

Satu yang sangat penting lagi : kami memikirkan film anak haruslah bertema, bercerita, berlogika kanak-kanak juga. Bukan pikiran atau permasalah orang dewasa yang dipaksakan. Jadi siang itu kami menggali data dari 20an lebih lokasi sanggar kami. Ada masalah bully, anak broken home, belajar yang katanya merdeka tapi tidak, sopan santun yang kurang, kekerasan seksual, kebersihan yang kurang, semangat yang kurang, internet yang merusak dan berbagai potensi lokal. Ada juga masalah makanan instan yang merusak tapi juga ada jajanan rumah yang malah banyak zat pengawet. Nah kami berusaha melihat dari sisi kanak-kanak dan membayangkan visualnya nanti. Karena semua temuan tadi kesimpulan pikiran kita yang katanya dewasa. Bagaimana membahasakannya di film dan sesuai dengan logika anak-anak agar jadi film anak. Sedikit rada sok rumit sih 😁

Oya tadinya kami mau ajak kerjasama beberapa pendongeng tapi kayake responya kurang. Mungkin pada bingung juga apa bener kita ini kayak ph yang bisa buat film. Ya itu, mungkin cara melihat filmnya beda. Kebayang kan “rumitnya” kami ini 😊

Tunggu ya film terbaru kami. Semoga bisa kelar akhir tahun. Oya jika ada yang mau gabung kontribusi kami sangat terbuka lho ya … Danke

Kemerdekaan adalah gerakan yang tak terpatahkan … demikian petikan kuat dari wiji thukul yang mengingatkan kami untuk terus bergerak membangun ruang belajar merdeka.

Mari terus merdeka. Sebab penjajahan seringkali memang melenakan. Terbuai oleh citra, teknologi, internet, berbagai hiburan, fasilitas, makanan enak, gaya hidup penuh konsumsi, dan masih banyak lagi … tiba-tiba kita terhenyak hutan kita habis, cuaca berubah, skill hidup menurun, dan banyak generasi muda rebahan saja. Lalu kita merasakan kelas menengah turun tapi katanya kemiskinan berkurang, di sisi lain daya beli menurun dan banyak phk, jalan-jalan membaik tapi kok ya tambah macet, pendidikan katanya berkurikulum merdeka tapi rasanya dikungkung aplikasi yang otoriter, biaya juga makin mahal. Susah memang makanya mungkin lebih enak ditinggal jalan-jalan saja. Lalu semua apatis dan tak peduli.

Mari terus merdeka agar pikiran terbuka pada banyak jalan baik.

Mural ciamik ikonik adalah karya dari : @digiesigit

telah terjadi perbincangan antar pihak terkait dal

telah terjadi perbincangan antar pihak terkait dalam @hompimpa.sinema dan @sumbupakarti, bahwasanya kita akan membuat film anak lagi dan sebuah festival film anak … tunggu dan doakan ya … silakan kontak juga jika hendak join yaa ..

@lianata_cornelia
@senoaji_julius
@septinugrohoputro
@yopextreem
@idaloren_
@doreasrioe
@wijisuprayogi
@sanggar_sumbupakarti
@sregep_ngguyu
@noel55284
@lukas.deni

…

note : mural dalam video karya : @zentprozent dan @wanitapagihari

Semua anak berhak memiliki masa depan yang baik. A

Semua anak berhak memiliki masa depan yang baik. Anak juga berhak berbahagia. Mereka (anak-anak) adalah generasi yang akan menentukan seperti apa bangsa ini kedepannya. Maka sudah semestinya anak dilindungi. Caranya, dengan didengar, disayang, diapresiasi, dihargai hak-haknya, diberi ruang untuk berpendapat, mengutarakan perasaannya, dan juga dibekali pendidikan yang memanusiakan dan mempersiapkan mereka menghadapi berbagai tantangan. Dilindungi dengan membekali dan mempersiapkan mereka agar dapat bertanggung jawab dan bisa hidup bersama mengupayakan kehidupan yang lebih baik.

Siapakah yang melindungi mereka? Kami kira tidak hanya orang tua (keluarga) saja yang bertanggung jawab, tetapi juga tanggung jawab sekolah, komunitas, dan semua unsur masyarakat.

Sumbu Pakarti berusaha ikut berperan dengan terus berusaha membangun ruang-ruang belajar yang mencerahkan dan ramah anak.

SELAMAT HARI ANAK NASIONAL
Mari lindungi anak-anak untuk menyiapkan generasi yang lebih baik.

#lokal_organik_mandiri_berkarakter #setiaporangmenjadigurusetiaprumahmenjadisekolah #merdekabelajaranak #sanggarsumbupakarti #ruangbelajarsumbupakarti
#harianaknasional

✍️ @lianata_cornelia

Gerakan pendidikan ikut membentuk dunia. Berbagai

Gerakan pendidikan ikut membentuk dunia. Berbagai penelitian menunjukkan generasi muda yang terdidik dan bebas buta huruf lebih kreatif dan lebih berdampak positif terhadap lingkungan mereka. “Pendidikan adalah senjata paling kuat yang dapat digunakan untuk mengubah dunia”. Demikian petikan kuat dari Nelson Mandela.

Bersyukur kami ikut tergabung dalam gerakan bisnis berkelanjutan yang percaya “Bisnis ikut membentuk dunia dan perlu dijalankan dengan penuh tanggung jawab serta berdampak”. Sebuah bisnis yang mendedikasikan proses bisnis tidak hanya untuk keuntungan tapi untuk pemberdayaan petani dan gerakan pendidikan ramah anak. Juga bisnis yang berwawasan lingkungan lestari. Yap kami didukung sepenuhnya dari bisnis yabg bergulir di @lingkarorganik_indonesia

Siang ini 15 Juli 2024 kami berkoordinasi bersama untuk merefleksikan berbagai tantangan dan strategi ke depan. Mengisi energi bersama.

Festival Aku Cinta Keluargaku Sumbu Pakarti telah

Festival Aku Cinta Keluargaku Sumbu Pakarti telah berlangsung pada 29 Kuli 2024. Sebuah upaya memaknai keluarga sebagai tempat belajar nilai-nilai baik kehidupan. Keluarga yang mengedepankan tanggung jawab dan hidup bersama berkesadaran. Bukan sekedar kepentingan pribadi atau kekuasaan berkedok solidaritas atau kesatuan. Dan sejujurnya kami masih terus belajar. Belum apa-apa.

Foto-foto berikut adalah hasil karya anak-anak kami dari berbagai Sanggar Belajar. Oya acara ini juga sebagai upaya mengenalkan Sanggar Belajar kami pada masyarakat sekitar Base Camp kami yang—amboi maaf—justru sering terlupakan.

. Catatan Festival Keluarga Sumbu Pakarti Keluarg

.
Catatan Festival Keluarga Sumbu Pakarti

Keluarga dalam berbagai masyarakat memiliki makna amat beragam. Di Indonesia yang memiliki banyak suku, keberagaman makna keluarga itu amat terasa. Tapi umumnya, keluarga oleh orang Indonesia dilihat sebagai suatu yang mencakup tatanan yang amat luas. Dia tidak hanya berputar pada ayah ibu dan anak tapi juga bisa seluruh kampung dan bahkan negara. Relasi kekuasan dalam keluarga menjadi sebuah dinamika yang bisa menjadi rumit dan bahkan keras. Apalagi jika itu melibatkan sebuah klan/trah/marga atau sejenisnya yang berkuasa. Tirani dan nepotisme (egoisme kuasa) bisa menjadi merajalela. Demi kepentingan keluarga semua bisa dibenarkan. Paradigma “keluarga besar” ini menjadi makin baku karena diajarkan di sekolah. Beberapa ahli sempat membahas hal ini seperti misal Saya Sasaki Siraishi dan Niels Mulder.

Di sisi lain paradigma keluarga yang amat luas ini memiliki suatu kelebihan dalam hal relasi, kehangatan, gotong royong, dan kesatuan. Hidup bisa jadi ringan karena semua elemen saling dukung. Kan semua keluarga. Hanya, kembali persoalan kekuasaan dan kepentingan individu seringkali lebih menonjol.

Di era digital ini makna keluarga justru sering dipertanyakan karena relasinya menjadi tanpa batas dan luas tapi anehnya justru memunculkan kelompok-kelompok kecil yang menguat. Semacam tribalisme. Keluarga kembali hanya pada inti atau kelompok yang berkepentingan seperti jaman dulu (tribal). Jadi ada paradoks. Muncul kelompok-kelompok yang menganggap diri keluarga dan berusaha eksis di tengah hilangnya makna ikatan kebersamaan.

Sumbu Pakarti berusaha memaknai keluarga sebagai tempat nilai-nilai kehidupan baik ditanamkan. Mungkin sama dengan Ki Hadjar Dewantara. Tempat di mana anak belajar apa yg baik dan bertanggung jawab. Kami rasa ini lebih kokoh daripada persoalah hubungan darah ataupun ikatan kepentingan.

Festival Keluaraga kami upayakan untuk menanamkan pentingnya keluarga membangun karakter baik dari anak-anak. Karena kami di Sumbu juga merasa ini sebuah keluarga besar. Tentu kami jauh dari sempurna tapi kami berusaha walau sekecil apapun itu.

Terima kasih @kahanane.project dan @syakirinu untuk dongengya.

Beberapa hari di minggu kedua Mei ini secara nasio

Beberapa hari di minggu kedua Mei ini secara nasional kita disuguhi cerita kurang elok. Kekerasaan pada penganut agama lain dan sikap rasis netizen indonesia ke pemain bola luar negeri. Menyedihkan. Nilai-nilai seperti saling menghargai, kesetaraan, hak asasi, kerjasama, dan tanggung jawab diabaikan. Kesombongan menjadi nilai utama. Walaupun kita bisa terkoneksi secara cepat dan dekat lewat teknologi. Nampaknya hidup bersama dengan damai di dunia ini masih utopia. Perang masih berlangsung dan dunia nampak diam saja.

Memang tidak banyak yang bisa kami lakukan tapi kami berupaya sebisa kami. Materi-materi yang mengajak anak-anak untuk bisa hidup berdampingan selalu kami upayakan ada di Sanggar-sanggar kami. Menerima, bertoleransi, saling berempati, saling bekerja sama selalu kami upayakan ada.

Film ini salah satu materi kami. Sebuah upaya kecil mengenalkan dan menanamkan toleransi, hidup damai, dan kerja sama tanpa batas. Ribuan anak sudah menonton film ini. Sejujurnya kami tidak tahu persis pengaruhnya pada anak-anak itu semua. Tapi kami percaya upaya menanamkan nilai-nilai kebersamaan, toleransi dan keberagaman adalah keharusan. Tidak harus menunggu ada masalah. Mari kita upayakan bersama terus menerus karena manusia nampaknya cenderung mudah lupa dan egois.

Kami beruntung ketemu teman-teman dan lembaga-lembaga yang dengan suka hati membuat film ini. Juga anak-anak yang saat itu benar-benar bisa membaur satu dengan yang lain tanpa sekat. Kami masih menemukan energinya di lingkungan mereka dan ketika berjumpa kembali dengan mereka. Baru minggu lalu kami putar di salah satu komunitas dan sambutanya juga hangat. Memang mungkin sebaiknya kita seperti anak-anak saja yang menganggap perbedaan tidak seserius seperti orang dewasa. Begitu bisa bermain dan klik sudah semua beres dan penuh tawa.

Film Walang Weling Wulang berkisah tentang hidup bersama itu.

. Sebuah Refleksi di Hari Pendidikan Nasional Pen

.
Sebuah Refleksi di Hari Pendidikan Nasional

Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat Anda gunakan untuk mengubah dunia__Nelson Mandela.

Betul sekali. Tapi arahnya juga bisa menjadi pedang bermata dua. Ke arah yang lebih buruk karena sistemnya dibuat menguntungkan pihak tertentu atau korup. Bisa jadi ke arah perbaikan jika dipenuhi dengan nilai-nilai kebijakan.

Hari ini kita kembali memperingati Hari Pendidikan Nasional. Tema tahun ini : Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar. Tema yang terlihat mentereng sekaligus sangat perlu direfleksikan.

Apakah berarti sebelum ini kita belum merdeka belajar? Lalu apa merdeka belajar itu? Belajar sesukanya? Belajar merdeka biaya atau merdeka dari apa? Catatan saja, walau ada dana BOS kita tahu sekolah tetaplah mahal. Korupsi masih banyak.

Merdeka apanya jika kita masih didikte korporasi yang tak terlihat. Kurikulum berbagai bidang diam-diam didikte kekuatan tertentu untuk melancarkan produk mereka.

Sekarang ini belajar makin diartikan sebagai : online. Tidak ada laptop tidak ada handphone maka tidak bisa belajar. Aneh sekali belajar menanam singkong malah lihat youtube tidak ke petani dan praktek langsung. Makalah malah sekarang dibuatkan mesin intelegensi buatan.

Hari Pendidika Nasional diambil tanggalnya dari tokoh pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara. Ada banyak pikiran progresifnya yang terlupakan. Dijajah kepentingan tertentu. Yang diingat Tut Wuri Handayani. Banyak yang lupa Tri Pusat Pendidikan dan ajakan beliau untuk menjadikan setiap orang guru dan setiap rumah jadi sekolah. Mungkin karena sekolahnya sekarang Laptop.

Terasa aneh juga sekarang ini seragam-seragam malah menjamur dan menekan. Ada yang dibuat dengan dalih kearifan lokal tapi intinya penyeragaman. Laporan juga harus seragam dari bawah sampai pusat. Pokoknya ikut standarisasi atau sertifikasi.

Bagaimanapun Selamat Hari Pendidikan buat kita semua. Mari upayakan pendidikan yang terbaik. Supaya menjadi senjata yang penuh kebijksanaan dan nilai memanusiakan manusia.

Hari ini 23 April diperingati sebagai Hari Buku da

Hari ini 23 April diperingati sebagai Hari Buku dan Hak Cipta sedunia. Embrionya sudah ada sejak tahun 1922 dari Spanyol dan menjadi peringatan dunia ketika UNESCO dalam Konferensi Umumnya menetapkan pada tahun 1995. Hari ini dibuat untuk menghormati buku dalam berbagai bentuknya dan para kreator terutama penulis dapam berbagai bentuknya yang telah mewarnai dunia dengan segala ide dan imajinasinya.

Bagi kami, setiap hari adalah hari buku. Jendela dunia yang tak lekang oleh waktu dan mesti terus dipertahankan. Lewat membaca kita belajar untuk merenung, berkreasi, bersosialisasi, dan berbagi. Membaca adalah salah satu cara menjadi manusia seutuhnya.

Sampai hari ini kami terus berjuang mempertahankan puluhan Taman Literasi (begitu kami menyebutnya) tempat kami membaca dan berproses menjadi manusia. Ribuan buku kami pindah-pindahkan tiap tiga bulan ke berbagai lokasi agar bisa diakses lebih banyak orang. Semoga kami dikuatkan terus. Terima kasih kepada semua teman yang telah dan terus mendukung kami.

Selamat hari Buku, teruslah membaca.

Kemarin 21 April adalah hari Kartini. Hari ini 22

Kemarin 21 April adalah hari Kartini. Hari ini 22 April adalah hari Bumi. Hari buat para perempuan termasuk di dalamnya Ibu Bumi atau Ibu Pertiwi.

Perempuan menduduki posisi yang sangat strategis dalam gerakan lingkungan dan produksi pangan berkelanjutan. Berdasarkan data BPS tahun 2020, 30 persen petani murni adalah perempuan_Kompas.com 22042024. Jika diperluas dengan peran mereka dalam rumah tangga petani maka jumlahnya bisa mencapai 50 persen. Mereka banyak menjadi penentu kebijakan dan suport system yang mumpuni.

Dalam tradisi kita padi dan beberapa tanaman pokok digambarkan sebagai jelmaan dari Dewi nan Cantik pemelihara Bumi. Penjaga kehidupan. Dalam praktek bertani di banyak suku yang menanam benih adalah laki-laki dan proses tandur harus dilakukan perempuan. Seorang petani laki-laki dilarang bertengkar dengan istri sebelum dia berangkat ke ladang untuk panen atau mengambil hasil pertanian. Jika tidak berdamai dulu hasilnya tidak maksimal. Begitu kepercayaan di beberapa tempat yang kami jumpai.

Ibu rumah tangga menjadi kunci utama dalam konsumsi setiap hari dan tentunya juga konsumsi bahan pangan organik. Mereka dengan demikian menjadi rantai tak putus dari ketahanan pangan dan juga pertanian berkelanjutan. Dari produksi sampai konsumi perempuan menjadi pemain kunci. Bisa diapastikan bumi yang lebih baik berada di tangan perempuan-perempuan yang terberdayakan.

Tiga empat tahun belakangan kita mendengar bagaimana beraninya perempuan-perempuan seperti Sukinah di Kendeng, Rembang; Aleta Baun di NTT; dan Mariana di Kinipan, Kalimantan Tengah melawan korporasi dan kekuasaan yang merusak lingkungan.

Menjadi panggilan kita semua untuk berperan serta dalam gerakan kebaikan ini.

Selamat Hari Kartini, Selamat Hari Bumi, terima kasih untuk semua perempuan hebat di Bumi ini.

Selamat Hari Film Nasional 300324 untuk kita semua

Selamat Hari Film Nasional 300324 untuk kita semua.

Membuat film awalnya tidak ada dalam agenda kami. Sebagai media belajar film amat menarik dan bisa mempunyai banyak pengaruh. Film bisa memampatkan waktu dengan realistis sekaligus pengetahuan yang ada didalamnya. Kita bisa belajar banyak aspek didalamnya. Tapi tidak semua orang bisa membuatnya dan kami sadar akan hal itu. Jadi kami tidak bermimpi membuatnya. Sampai suatu ketika ada proposal kami yang diterima sebuah lembaga. Di dalamnya ada keharusan membuat film. Mau tidak mau kami harus terjun dan belajar membuat. Sampai detik ini kami tidak menjadi rumah produksi tapi kami memahami film bisa diupayakan lewat kerjasama dan komunitas. Jadi sampai sekarang sudah hampir 18 tahun kami telah memproduksi secara resmi 9 buah film. Semua film anak-anak. Sesuai dengan mimpi dan gerakan kami untuk anak-anak Indonesia yang cerdas dan bahagia.

1. Cheng-chengpo >> @bewe_bw @angginoen @wijisuprayogi @9u5mul @widiaji___ dan tim
2. Say Hello To Yellow >> @bewe_bw @angginoen @wijisuprayogi @yanes_sunu @lukas.nopembrian dan tim
3. Walang Wulang Weling >> @angginoen @wijisuprayogi @fransdollymahendra dan tim
4. Boncengan >> @senoaji_julius @hompimpa.sinema @noel55284 @yua_1234 dan tim
5. 2B >> @senoaji_julius @hompimpa.sinema @noel55284 @yua_1234 dan tim
6. Gazebo >> @senoaji_julius @hompimpa.sinema @noel55284 dan tim
7. Jenang Keju >> Dinas Pendidikan dan Kebudayaan @hompimpa.sinema
8. Ciplukan >> @senoaji_julius @hompimpa.sinema @yopextreem @wijisuprayogi @dewintanp dan tim
9. Praja Muda Kirana >> @senoaji_julius @hompimpa.sinema @yopextreem @vitha_goldameyer dan tim

Beserta komunitas anak dan sekolah-sekolah yang ada disekitaran Jogja ikut terlibat. Tapi sayang tidak semua bermain medsos. Maaf juga jika tdk semua bisa disebut.

Film-film itu bisa dilihat di kanal Youtube kami : @kelirsumbu

Kami sangat rindu berkolaborasi dengan banyak pihak untuk film-film mendatang. Semoga segera kami bisa membuat lagi. Terima kasih pada banyak pihak yang membantu kami belajar terus dan mendukung selalu.

Silahkan kontak kami jika membutuhkan filmnya untuk media belajar dan ada agenda pemutaran bersama.

Kami menjadi bagian tak terpisahkan dari lingkaran

Kami menjadi bagian tak terpisahkan dari lingkaran gerakan ini.

Tahun ini badainya banyak berkatnya juga banyak. Semua terasa cepat bergerak walau melambat sepertinya menjadi tema zaman. Keluarga ini terus bergerak agar tidak lupa menanam. Mencoba menebarkan benih-benih perbaikan semampu kami. Berupaya terus belajar memaknai proses kehidupan yang organis.

Sebagai orang-orang awam yang memulai semua dari nol, kami tentu terus terkejut-kejut dengan aneka tantangan dan berkat. Mohon dukungan doa agar kami terus dikuatkan menjalani panggilan menanam ini. Di dua bulan akhir tahun ini kami sedang berproses bersama dalam rapat-rapat evaluasi, perencanaan, dan berkonsolidasi untuk langkah selanjutnya. Hikmat, tangis, tawa, dan canda sedang banyak mengasah kami.

Sedang tidak terkumpul semua tapi inilah keluarga Nusantara kecil kami … ada Jawa, Cina, Batak, Papua, Maluku, Nias, Sumba, Lombok, Flores, Bengkulu, Palembang, dan Kalimantan. Kristen, Katolik, dan Muslim sedang sama-sama menghayati teologi menanam.

Terima kasih tak terhingga telah memutuskan mendukung kami.

. Dirgahayu Negeriku! Mari terus merdeka dengan

.

Dirgahayu Negeriku!

Mari terus merdeka dengan mengupayakan ruang-ruang merdeka belajar bersama.

Merdeka!

Sebuah refleksi Anak adalah penerus peradaban. De

Sebuah refleksi

Anak adalah penerus peradaban. Dengan alasan itu banyak suku-suku di negara kita membangun tradisi penghormatan kepada anak-anak. Ada yang membuat sesajen jika anak ulang tahun. Ada yang mengkhususkan ruang bagi anak. Ada yang menanam pohon dan mensakralkanya sebagai bagian dari si anak. Dijaga dan dipelihara sebaik mungkin. Ada pula yang membuat acara agar anak memahami pilihan masa depanya—misal ada anak yang dibiarkan memilih barang tertentu tanpa diintervensi dan itu melambangkan kelak masa depanya. Ada banyak proses tradisi yang menemani tumbuh kembang anak. Semua disiapkan agar anak-anak bisa mendapatkan ruang bertumbuh seutuhnya. Semua melibatkan alam sekitar.

Entah mengapa saat ini di sekolah-sekolah atau di ruang-ruang belajar dalam masyarakat, anak-anak dilihat layaknya objek tanam yang bisa diinstall program sesuka hati. Nanti kalau anak umur sekian dia diberi ini agar itu. Kalau sudah menginjak fase tertentu semua diarahkan dengan instalasi model terbagus. Nanti mereka akan siap dan menjadi juara di ruang kerja dan mesin-mesin industri. Mungkin memang peradaban seperti ini yang selalu diidamkan. Tapi bisa jadi ini juga semacam penjajajan dari mesin-mesin modernitas.

Bahkan tradisi-tradisi juga ikut-ikutan dimasuki nilai-nilai kemajuan yang terpabrikasi.

Selamat hari anak. Semoga kita semua ingat kita pernah menjadi anak-anak dan mendapat mandat untuk mendidik mereka. Semoga kita juga ingat bahwa setiap orang pasti selalu memiliki jiwa kanak-kanaknya tersendiri.

Semoga semua anak berbahagia.

Cita-cita awal kami sederhana saja. Ada banyak rua

Cita-cita awal kami sederhana saja. Ada banyak ruang di tengah masyarakat yang menjadi tempat belajar apapun untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan dan mempraktekan teori. Karena berdasar pengalaman sederhana kami, banyak sekali pengetahuan dan praktek baik dalam kehidupan kami peroleh lewat kumpul-kumpul dengan kawan sebaya.

Tapi ternyata tidak semudah itu pelaksanaanya. Apalagi jika kemudian dikaitkan dengan kata merdeka dan mandiri. Ada faktor budaya, pandangan hidup, dan sistem yang ternyata sudah sedemikian rupa mengatur cara belajar kita. Pengetahuan seperti sudah didikte dan hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Sekolah atau belajar ya pokoknya untuk kerja dan harus pintar sesuai ukuran nilai di sekolah. Itu dianggap jalan pintas menuju sukses atau hidup yang lebih baik. Di sisi lain, sejak kecil kita sudah terdoktrin : yang dewasa adalah yang paling benar, apalagi jika punya kuasa. Semua harus lapor pada yang dianggap senior. Feodalisme menggelayut tanpa sadar. Kreatifitas dengan demikian hanya ditentukan oleh yang dianggap tahu. Sejatinya kemandegan sedang terjadi. Peter Carey, seorang Sejarawan, lalu menyimpulkan : kalau begini terus tidak mungkin ada peraih hadiah nobel dari Indonesia.

Nah, susaaaah sekali mengajak semua unsur menjadi terbuka belajar dalam sanggar karena hal-hal tadi. Kami yang mengelola sering merasa lebih pengalaman, mahasiswa fasilitator merasa lebih tau dan sukanya memerintah, guru-guru merasa lebih tau lagi, aturan dibuat tapi ternyata agar belajar jadi seragam, yang ditegakkan adalah sebenarnya ya feodal itu. Anak-anak mah remah-remah, ikut kami aja yang dewasa agar sukses nanti. Padahal kita mau menciptakan ruang belajar bersama.

Makanya kami terus menerus berusaha berlatih dan mengingatkan diri pada tujuan : pendidikan yang memerdekakan. Penuh perjuangan tapi memang begitu jika pengen maju.

Karena itu kami sering mengadakan pelatihan seperti terjadi kemarin 13 Mei 2023 di Wonosari Gunung Kidul. Beberapa Fasilitator penyintas Pendidikan Merdeka berkumpul berusaha merendahkan diri belajar bersama. Semoga berdampak. Semoga merdeka selalu.

. Selamat Hari Pendidikan Nasional “Pendidikan

.
Selamat Hari Pendidikan Nasional

“Pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama. Belajar itu selalu dan seumur hidup. Setiap orang menjadi guru setiap rumah menjadi sekolah. Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.”

_petikan dari berbagai sumber.

Keseruan Festival Sanggar Sumbu kali ini dalam bin

Keseruan Festival Sanggar Sumbu kali ini dalam bingkaian berbagai pose. Semoga bermakna. Oya jika berkenan baca juga postingan kami sebelumnya ya mengenai mengapa festival.

Kalau kami sendiri merasa ada berbagai kontradiksi sekaligus pembelajaran soal modern versus tradisional, sendiri atau komunitas, belajar atau main, sekolah itu gedung sajakah, berapa energi untuk gedung ini, pertemuan berbagai budaya, kebiasaan kampung dan kota, mainan kota dan desa, alamiah atau palsu, dan kebersamaan.

Mari gembira belajar.

Kami di Sumbu Pakarti cukup sering membuat festiva

Kami di Sumbu Pakarti cukup sering membuat festival. Bisa berlangsung di lokasi sanggar atau seperti kali ini di mall—itu karena ada sponsor khusus untuk kegiatan ini. Nah kenapa festival?

Pertama lewat festival kita bisa bergembira dan bersenang-senang. Kedua festival bisa jadi ajang mengasah kreasi dan sekaligus kedisiplinan. Anak-anak perlu mempersiapkan diri untuk tampil dan mereka mau tidak mau harus berlatih dan berkreasi. Festival dengan segala persiapanya dengan demikian menjadi ruang belajar bersama baik bagi anak-anak sekaligus fasilitatornya. Perlu kedisiplinan, kesabaran, kerjasama, dan juga ketahanan. Diam-diam dengan adanya festival ini kelompok sanggar dan lingkunganya juga belajar menggali potensi lokal mereka. Seringkali kami mengajak anak-anak menampilkan kekuatan yang mereka miliki untuk berbagai festival yang ada.

Di sisi lain pertemuan antar kelompok sanggar mempertemukan anak-anak dengan keberagaman. Di sini keberagaman dirayakan sekaligus mencoba direfleksikan. Semoga bisa mengasah anak-anak sekaligus fasilitator untuk bisa menerima dan hidup berdampingan dalam keberagaman.

Anak-anak muda dengan demikian tersalurkan energi berlebih mereka untuk kegiatan-kegiatan bermanfaat.

Ada yang mau menambah? Silahkan di komen yaaaa ….

Mendongeng itu Baik @kahanane.project x @sumbupak

Mendongeng itu Baik

@kahanane.project x @sumbupakarti
Refleksi salah satu staf kami

40 Menit Terasa Seperti 15 Menit Saja …

Beberapa kegiatan mendongeng yang durasinya sampai 40 menit atau 1 jam selalu membuat saya bertanya, “Bisa gak ya anak2 betah? Kalau pada bosan bagaimana?”

Hari ini saya tertarik dengan konsep mendongeng dari teman-teman Kahanane Project. Mulai dari alat peraga yang terbuat dari barang bekas—tapi sangat menarik perhatian anak, penggunaan lagu dan alat musik, pemilihan kostum, serta cerita lucu. Semua penuh makna.

Anak-anak dilibatkan dalam kegiatan ini. Misal, anak diminta menyampaikan pendapatnya tentang apa yang akan dilakukan tokoh dongeng untuk mengatasi permasalahan yang di hadapi. Kita mencari solusinya bersama-sama. Selain itu, anak-anak selalu dibuat penasaran akan kelanjutan ceritanya. Jadinya tidak ada waktu mereka utk mengganggu teman, melakukan aktivitas lain, ataupun menunjukkan ekspresi bosan. Semua pandangan tertuju pada kakak-kakak yang sedang bercerita. Durasi mendongeng yang sudah berjalan selama 40 menit hanya terasa seperti 15 menit saja.

Hal lain yang menarik adalah, diakhir cerita Kakak-kakak dari Kahanane tidak menyampaikan kesimpulan dari cerita yang didongengkan. Anak diharapkan bisa menemukan pesan moral yang didapatkan sesuai kemampuan mengingatnya serta meningkatkan percaya diri anak melalui bertanya.

Kegiatan mendongeng hari ini juga membuat saya mengevaluasi diri sendiri agar kedepannya bisa menemukan ide yang cocok agar anak tertarik dengan cerita, menciptakan suasana yang santai dan pastinya anak-anak semakin tertarik dengan kegiatan mendongeng.

✍🏻 @lianata_cornelia

Load More Follow on Instagram

Leave a Reply Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.